Thursday, September 12, 2019

Ulasan dan liputan daripada orang Aceh tentang acara ke-21 HIKMAH

Salam  awal pagi Khamis 12 Muharram. Merujuk pada artikel Rancangan perjalanan pusing utara Sumatera dan Aceh berserta acara HIKMAH ke-21 di kompleks makam Sultan Malikus Saleh 1 Muharram 1441 yang dipersembahkan setengah tahun lalu diikuti artikel Bersedia untuk acara ke-21 HIKMAH di Kompleks Makam Sultan Malikus Saleh 1 September 2019 setengah bulan lalu. Sukacita dimaklumkan bahawa perjalanan yang dimaksudkan juga acara sudah berjaya dilaksanakan dalam tempoh pengembaraan Rabu 28 Ogos sehingga Rabu 4 September 2019. Satu artikel 'pembuka' bertajuk Perjalanan pusing Aceh dan utara Sumatera - Satu pengenalan ringkas selepas tamat pengembaraan telah dipersembahkan di blogspot  CATATAN SI MERAH SILU 6 hari lalu. Selepas itu akan menyusul artikel demi artikel di blogspot tersebut untuk berkongsikan perkembangan pengembaraan daripada hari ke hari.

Kalau berdasarkan susunan menurut waktu atau kronologi masuk penceritaan hari ke-5 yang akan dibuat entah bila baru saya akan berkongsi cerita baru di blogspot HIKMAH. Ini disebabkan pada hari ke-5 itulah acara ke-21 HIKMAH mula dilangsungkan di Kompleks Makam Sultan Malikus Saleh dekat Geudong, Lhokseumawe sebelum dilanjutkan ke Banda Aceh 6 jam perjalanan ke utara dan barat pada hari ke-7. Namun apabila difikirkan bahawa komponen acara di makam juga di bandar telah diberikan liputan oleh media-media di Aceh selain kawan-kawan sana membuat video ada eloknya ia dikumpulkan lalu dipaparkan di sini terlebih dahulu. Ini adalah antara yang dapat dikongsikan sebelum sampai giliran saya sendiri bercakap dan mengulas tentang acara...



MPA Gelar Diskusi Sejarah di Museum Mapesa


Acara Majelis Silaturrahmi Penggiat Sejarah dan Budaya Aceh - Malaysia di sekretariat bersama Mapesa dan Pedir Museum, Punge Blang Cut, Banda Aceh, Selasa 3 September 2019. @Jamaluddin...


Banda Aceh - Majelis Pariwisata Aceh (MPA) berkolaborasi dengan komunitas penggiat sejarah lainnya seperti Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa), Pedir Museum, Sicupak, Hikmah (Himpunan Kedaulatan Melayu Islam Akhir Zaman ) Malaysia mengadakan acara dengan tajuk " Majelis Silaturrahim Penggiat Sejarah dan Budaya Aceh - Malaysia" pada Selasa (3/9) di sekretariat bersama Mapesa dan Pedir Museum, Punge Blang Cut, Kota Banda Aceh.

Acara diisi oleh penggiat sejarah dari Malaysia, Mohd. Fahrul Radzi Mohammad Sapiee yang merupakan Presiden Hikmah dan Penulis buku berpetualang ke Aceh.

Beliau menyampaikan materi tentang Jejak Aceh di Semenanjung Tanah Melayu Masykur Syafruddin, Direktur Pedir Museum dengan judul materi "Nisan, Manuskrip dan Numismatik sebagai Sumber Penulisan Sejarah Aceh".

Sejumlah penggiat sejarah dan budaya lainnya seperti Tarmizi A Hamid dan Ayah Panton juga turut hadir dalam acara yang penuh kehangatan dan persaudaraan ini.

Radzi Sapiee menyampaikan, hubungan Aceh dan Malaysia telah terbina sejak ratusan tahun silam. Di antaranya terbukti dengan ditemukannya nisan -nisan khas Aceh yang berusia ratusan Tahun diberbagai wilayah di Malaysia.

"Dan jika dilihat dari arus perjalanan pelaut Arab ke nusantara, wilayah pertama yang dilalui di nusantara adalah Aceh. Maka Aceh adalah wilayah pertama yang dilalui dalam misi penyebaran Islam di nusantara. Jika dilihat dari peta, tidak mungkin sampai ke Barus terlebih dahulu. Walaupun bukti artefak Islam yang dinyatalan tertua ditemukan di Barus, ini tidak berarti di Aceh tidak ada artefak yang lebih tua dari Barus. Saya yakin banyak artefak Aceh yang lebih tua, saat ini belum ditemukan dan kita melihat sejarah bukan  dengan artefak sahaja, tapi juga dengan berbagai bukti lain," kata Radzi Sapiee yang pernah mengenyam pendidikan Sarjana bidang Matematika di Universitas terkemuka di London Inggris.

Sedangkan Masykur Syafruddin, seorang kolektor muda mengupas hasil koleksinya terutama koleksi koin kuno. Koin kuno koleksi tertua yang dimiliki oleh Pedir Museum dan ditemukan di Aceh adalah koin era khalifah Abbasiyah yang ditemukan di Pasai, dicetak di Samarkand pada 202 tahun hijriah, 1200 tahun lalu.

"Kami juga menemukan koin mata uang Italia ( 1575 ), mata uang perak dari Romawi timur, Byzantium abad ke 12 yang ditemukan Juli 2016, koin masa Sultan Delhi, Muhammad bin Tughlaq, dan yang termasuk langka adalah koin masa kesultanan Utsmani, Sultan Suleyman Al Kanuni, sang penguasa dua pertiga dunia, ditemukan di pidie 2016. Sayangnya koin-koin langka ini tidak dimiliki oleh Museum Aceh dan saya mendata ada 7000 keping koin yang ditemukan beberapa tahun lalu ditemukan di Gampong Pande, tidak tahu dijual kemana. Bahkan koin-koin masa Turki Utsmani sampai saat ini tidak berhasil diselamatkan dan dimiliki oleh pemerintah. Semoga kajian Numismatik terus dilanjutkan oleh teman-teman yang lain. Sejarah Aceh saat ini terus tergerus karena minim yang peduli," harap Masykur yang masih berstatus mahasiswa Program Sejarah Kebudayaan Islam di UIN Arraniry.

Kegiatan ini diharapkan dapat membuka kembali cahaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sejarah dan budaya Aceh.

Mujiburrizal selaku koordinator acara mengatakan, untuk lebih memperkenalkan diantara Jejak Tamaddun Islam Aceh yang dapat dilihat di Museum Pedir dan Mapesa kepada masyarakat. Ke depan acara kajian peradaban ini semoga dapat diselenggarakan sebulan sekali di sekretariat bersama Mapesa dan Pedir Museum yang kini memiliki lebih 1000 koleksi benda bersejarah yang sekaligus juga sebagai daya tarik pariwisata Aceh di Dunia Internasional.[] Rilis

Editor: portalsatu.com


----------------------


Seperti kebiasaan pada setiap acara HIKMAH juga komponen-komponennya, setiap penganjur tempatan berhak untuk memberikan tajuk atau menamakan acara mengikut kesukaan mereka. Sambil itu kami memanggil atau menggelar mengikut kesukaan kami dengan mengatasnamakan HIKMAH.

Kelihatan di atas laporan berita on-line tentang acara di Banda Aceh yang saya sedari telah dipaparkan untuk bacaan umum pada awal pagi Khamis 5 September. Ini adalah selepas kami selamat kembali ke Malaysia pada malam sebelumnya. Rupa-rupanya ia telah dipaparkan pada jam 12 hari Rabu 4 September. Ia adalah perkongsian terawal dari Aceh dapat kami temui di mana-mana.

Berita ini disediakan oleh wartawan on-line bernama Jamaluddin, juga dikenali sebagai Lodin. Lihat  paparan aslinya di sini. Beliau turut menulis 2 berita berkaitan tentang acara. Lihat sini dan sini.

Lodin juga ada pergi ke kompleks makam Sultan Malikus Saleh untuk bahagian awal acara  tetapi sampai lewat iaitu selepas Zohor bersama sahabat kami, saudara Fadhlan Amini. Walaupun terlepas acara pagi mereka dapat mengikuti aktiviti petang ke Museum Samudera Pasai dan Monumen Islam Samudera Pasai yang terletak berdekatan. Berikut adalah video yang dikongsikan Lodin pada petang Khamis 5 September diikuti sambungan yang dikongsikan lewat malam itu...










Esoknya petang sebelum solat Jumaat saya baru tersedar bahawa acara di Banda Aceh juga telah masuk ke dalam satu stesyen tv tempatan. Berikut adalah video laporan tersebut...





Seorang sahabat Aceh yang rumahnya boleh dikatakan terletak bersebelahan dengan kompleks makam Ratu Nurul Aqla @ Malikul Danir, sekitar 20 km ke timur makam Sultan Malikus Saleh menyuakan video berikut 2 jam selepas itu...




Itu adalah pada hari Jumaat malam Sabtu 6 September. Beberapa jam tadi hari Rabu malam Khamis 11 September sahabat bernama Teuku Saif itu memaparkan video sambungan ini pula...




Ini sahaja perkongsian daripada kawan-kawan Aceh yang dapat ditemui setakat ini. Berdasarkan jangkaan kekerapan saya akan menulis tentang pengembaraan sambil 'disepit' pelbagai hal dan kesibukan lain laporan atau ulasan daripada saya sendiri tentang acara cuma mungkin akan dikongsikan antara setengah bulan hingga sebulan daripada sekarang. Sekian wassalam.