OK. Sampailah masa untuk menutup perkongsian-perkongsian yang memperincikan sedikit setiap pembentangan ilmu pada acara ke-20 HIKMAH 19 Mac 2017. Bersambung daripada HIKMAH Aceh 2017 - Menyelamatkan makam-makam lama dan batu nesan.
Pembentang seterusnya merangkap pembentang ke-5 (selepas saya dan 3 orang anak muda Aceh) juga pembentang terakhir adalah seorang tua atau orang lama dalam dunia kajian budaya dan sejarah Aceh yang amat dihormati ramai.
Umurnya dah masuk 80 tahun kalau tak salah. Nama beliau adalah Abdul Rahman Kaoy, seorang bekas pensyarah universiti dan pendakwah yang dikenali sebagai ahli pidato yang hebat.
Pak Rahman membuka tentang awal kedatangan Islam ke Aceh sehingga terbentuknya Kesultanan Perlak yang diterajui seorang raja berketurunan Ahlul Bait iatu keturunan Nabi Muhammad SAW 1,200 tahun lalu. Disebutlah juga bagaimana Perlak yang pusatnya terletak lebih 8 jam perjalanan dengan kenderaan darat dari Banda Aceh boleh terkait dengan Aceh yang berpusat di Banda. Untuk pengetahuan Perlak diserap ke dalam kerajaan Samudera-Pasai pada penghujung abad ke-13 Masihi. Sedangkan Samudera-Pasai terserap ke dalam Aceh Darussalam pertengahan abad ke-16 Masihi. Perkara ini ada disebut lebih awal dalam pembentangan pembuka sesi ilmu oleh saya. Lihat artikel HIKMAH Aceh 2017 - Kepentingan kedudukan Aceh dalam penyebaran Islam. Pembentangan atau lebih tepat syarahan Pak Rahman merumuskan kedudukan dan kepentingan Aceh dalam Alam Melayu terutama sebagai pusat penyebaran Islam...
Saya dapati syarahan orang lama ini telah dilaporkan dengan baik oleh seorang pemilik blogspot tempatan yang hadir pada majlis, Biar dicopy paste bahagian laporan yang berkenaan :-
--------------
Diakhir majelis ada kuliah penutup atau yang mereka sebut dengan kuliah penggulung yang disampaikan oleh Abu Rahman Kaoy. Beliau adalah sosok pendakwah Aceh yang kharismatik, dan sejarahwan Aceh yang juga merupakan mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry.
Terbukti dengan pembahasan beliau tentang Aceh Pusat Tamaddun Islam di ASEAN, mampu menghipnotis para audien yang sedang lapar menunggu waktu jam makan siang.
Dakwahnya begitu berapi-api dalam menjelaskan sejarah Aceh yang sebenarnya, karena banyak sejarah Aceh yang ditulis oleh orang-orang belanda namun salah, dan meyesatkan tentang keberadaan Islam.
Beliau menjelaskan bahwa Islam pertama kali datang dibawa oleh Said Maulana Abdul Aziz Syah, yang merupakan keturunan Ali bin Abi Thalib pada tahun 225 H. Tepatnya berada di Perlak.
Kedatangan mereka awalnya hendak menuju negri China, namun ketika singgah di Perlak, dilihatlah hutan, dan tanahnya yang begitu subur dan indah, sehingga mengurungkan niat mereka untuk melanjutkan perjalanan ke China, dan tinggal di Perlak.
Masyarakat Perlak yang awalnya beragama Hindu tertarik dengan kebiasaan, dan kehidupan kafilah ini. Mereka sangat ramah, dan bersahabat, tidak hanya satu orang saja, tapi semuanya seperti itu, dan perlakuannya sama meskipun dengan mereka beragama Hindu.
Akhirnya mereka masuk agama Islam secara beramai-ramai, dan kerajaan Islam pertama ialah berada di Perlak. Selanjutnya Islam menyebar sampai ke daerah Pase sehingga terbentuklah kerajaan islam kedua di Pase.
Singkat cerita, berkat agama Islam yang bisa diterima oleh berbagai pihak dan kalangan, terbentuklah 7 kerajaan Islam, yaitu Perlak, Pase, Tamiang, Pidie, Lingga, Daya, dan Darussalam.
Sosok laki-laki yang sudah sepuh ini terus becerita dengan semangat, meskipun usianya sudah lanjut, gaya berceritanya mampu membangkitkan amarah, dan semangat kaum muda.
Beliau tidak ingin generasi sekarang buta terhadap sejarah, karena banyak sejarah Aceh yang dimanupulasi oleh orang-orang yang pernah menjajah Aceh. Salah satunya tentang permaisuiri Sultan Iskandar Muda.
Beliau menyebutkan ada sebuah buku yang ditulis oleh orang Belanda, dan menjadi buku acuan sehingga menjadi buku best seller di seluruh dunia. Dalam buku itu menyebutkan bahwa Ratu Safiatuddin ialah permaisurinya Sultan Iskandar Muda.
Ini ialah jelas pembodohan, karena Ratu Safiatuddin adalah anak Sultan. Sedangkan permaisurinya ialah Putri Kamaliah, atau yang biasa dikenal dengan Putroe Phang yang berasal dari Negri Pahang Semananjung Malaya.
Anak Sultan Iskandar Muda yaitu Ratu Safiatuddin kemudian nikah dengan Sultan Iskandar Sani yang juga berasal dari Malaysia. Jadi cukup terlihat jelas benang merah antara Aceh, dan Malaysia ini sebagai saudara satu bapak, dan ibu. Karena leluhur kita berasal dari kedua negri tersebut.
--------------
Laporan penuh yang turut memaparkan keterujaan anak muda Aceh tentang HIKMAH boleh didapati di sini - Klik Laporan Yell Saints. Cukuplah perkongsian tentang sesi pembentangan ilmu daripada saya. Sekarang tinggal cuma satu sahaja lagi artikel tentang acara mahu dikongsikan iaitu tentang satu lawatan lapangan tambahan. Selepas itu bolehlah segala pautan berkenaan dikumpulkan dalam satu artikel kompilasi tentang acara ke-20 HIKMAH...
No comments:
Post a Comment