Laman sesawang tersebut boleh dicapai di sini (sila klik). Ia memaparkan usaha-usaha MAPESA menyelamatkan makam-makam terbiar dan sudah rosak di merata tempat berserta maklumat yang dapat dikumpul dari makam dan batu nesan.
Mizuar memberikan beberapa contoh Yang ini bertajuk "Puncak Perkembangan Kaligrafi Arab di Samudera-Pasau". Ia tentang seni khat yang terpapar pada batu-batu nesan peninggalan kerajaan Samudera-Pasai yang pusatnya terletak sekitar 6-7 jam perjalanan darat dari Banda Aceh. Saya copy paste penulisan berkenaan dari laman sesawan merujuk pada batu nesan yang kelihatan dalam gambar...
Kalimat Tauhid dengan kaligrafi: Khath Tsuluts bercita-rasa Samudra Pasai, serta ornamen yang mutlak bersumber dari kebudayaan Pasai (Jawiy) awal. Khath tersebut, menurut kami, tidak dapat disebut dengan khath 'Utsmaniy yang lazim menyebar dan digunakan dewasa ini, dan kami lebih memilih untuk menyebutnya dengan khath Shalihiy atau Sumathraniy.
Sebuah kreatifitas seni yang menampilkan tingkat kebudayaan dan peradaban yang dicapai Samudra Pasai di masa lalu. Layak untuk dipertahankan, dan pantas pula untuk diilhami serta ditumbuhkembangkan, karena seni juga akan merubah dunia. Sebuah pesan untuk generasi zamanku, mudah-mudahan takkan menyesal setelah diucapkan!
Yang ini bertajuk "Kabilah Kinanah Ditemukan". Ia adalah berkenaan batu nesan seorang berketurunan kabilah Arab terkenal dahulukala yang ditemui di Kampung Pande, bahagian utara Banda Aceh menghadap ke laut. Saya copy paste sebahagian penerangan...
Sejak ratusan tahun yang silam, wanita itu telah dikebumikan di tempat yang hari ini dikenal dengan Gampong Pande, di Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Keterangan tentang kehadirannya dalam lembaran sejarah Aceh Darussalam, yang ditemukan di lahan rawa-rawa bakau Gampong Pande, merupakan penggalan kecil dari sebuah riwayat panjang negeri ini yang masih dalam ruang minus cahaya.
Kendati hanya sebuah penggalan kecil, kubur wanita itu telah ikut pula memastikan kepentingan Gampong Pande dan sekitarnya sebagai kawasan kota Islam kuno yang menduduki peringkat atas dalam Tarikh Islam di Asia Tenggara.
Sebelumnya, sejumlah tokoh utama Kerajaan Aceh Darussalam memang telah dijumpai makam-makam mereka di Gampong Pande dan sekitarnya sekalipun ada keyakinan bahwa dalam Musibah 2004 banyak di antara peninggalan sejarah yang ikut sirna.
Lain dari itu, penanggalan tertua yang akurat (bukan perkiraan), yang pernah ditemukan sejauh ini di Gampong Pande, juga telah membuka kemungkinan untuk sebuah asumsi bahwa di bagian barat laut Aceh, Gampong Pande dan sekitarnya merupakan kota Islam tertua setelah kota Islam Kerajaan Lamuri yang terletak di Gampong Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar, sekarang ini.
Yang ini berkenaan pesanan yang terdapat pada sebuah batu nesan :-
"Orang-orang Mu'min tidak mati akan tetapi berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain. Kematian akan "iri hati" dengan Mu'min."
"Kematian adalah titian yang akan mengantarkan seorang kekasih menuju Kekasihnya."
Makam seorang tokoh yang pada nisannya disebut sebagai Asy-syahid lagi berbahagia serta digelar dengan "Mahbub Khulub Al-Khalaiq : orang yang dicintai oleh hati banyak orang," wafat 622 H/1226 M. Leubok Tuwe, Meurah Mulia, Aceh Utara.
No comments:
Post a Comment